Senin, 28 Desember 2015

kritik "holistik" UAS






“Budaya Yang Terkikis”
1 x 1,5 m
2014
Oil On Canvas
Ahmad Sholeh




Lukisan diatas merupakan karya Ahmad Sholeh yang berjudul “Budaya yang Terkikis”, dengan media oil on canvas yang dibuat pada tahun 2014. Sholeh lahir di Jenggot Pekalongan pada tanggal 24 Juni 1984. Beliau adalah seorang seniman muda yang tidak berlatar belakang pendidikan seni. Beliau ialah seniman otodidak. Semasa kecil beliau sering menggambar hanya di selebaran kertas buku miliknya, tanpa ada buku gambar atau sketch book dan lain sebagainya. Pada masa SMP nya, beliau mulai tertarik dengan lukisan. Kakak perempuannya sekolah di SMK jurusan tata busana, dan pada saat itu sudah memiliki cat air untuk mengerjakan tugas-tugas desain dan sebagainya. Sholeh yang pada saat itu melihat cat air milik kakaknya, dan ia tertarik untuk meencoba memakainya. Pada saat kakaknya masih sekolah ia mencoba memakai cat air milik kakaknya itu, dan setelah itu ia mulai mencoba media-media baru, dan berkat semangat dari teman-temannya yang meminta bantuan untuk di buatkan gambar.

Beliau memiliki berbagai macam pengalaman pameran, antara lain :
2012 : Pameran bersama “Gerakan 15 Januari” di Jetayu Pekalongan
2013 : Pameran “Lintas Batas” di Jetayu Pekalongan
2014 : Pameran “Art North Beach” di Perpustakaan Pekalongan
2014 : Pameran “Art Map Rob” di Hotel Green Mandarin Pekalongan
2015 : Pameran bersama di gedung kesenian Kajen – Pekalongan

                         
Di dalam lukisan ini sholeh menggambarkan seorang nenek tua yang duduk di kursi roda, dan anaknya yang menuntunnya, serta cucu-cucunya. Dalam lukisan tersebut juga terdapat bendera Negara Indonesia. Lukisan ini belum pernah di pamerkan sebelumnya, karena ini termasuk karya yang masih baru milik Sholeh.
Pemilihan warna oleh Sholeh ini sangatlah bagus dan terasa serasi. Beliau menganut aliran realisme, dari mulai awal melukis dengan media kanvas. Pada saat ini beliau sudah mulai masuk ke aliran Surealisme, dengan modal Realisme yang dimilikinya beliau semangat untuk mengembangkan keahliannya. 

Lukisan ini mempunyai konsep sangat arif. Konsep dalam lukisan ini adalah menganut budaya timur yang terkenal arif, dan Negara Indonesia sendiri terkenal arif di mata Negara lain. Indonesia terkenal dengan keramahannya. Sholeh terinspirasi dari tempat dahulu pada masa beliau di pondok pesantren. Pada saat beliau berkunjung ke pondok pesantren tersebut beliau melihat Ibu dari Kyai nya dulu yang sudah tua dan hanya di kursi roda saja. Yang beliau kagumi adalah pada saat para cucunya datang dan langsung menuju ke neneknya dan sungkem mencium tangan neneknya. Perilaku tersebut menandakan bahwa budaya ramah dan hormat pada orang yang lebih tua di tempat itu masih sangat kental.

Sholeh menggambarkan bendera Indonesia yang sobek guna untuk mewakili terkikisnya budaya Indonesia itu sendiri. Beliau ingin menyampaikan bahwa budaya Indonesia yang terkenal ramah dan hormat itu sudah mulai terkikis seiring perkembangan zaman, dan tidak mencerminkan lagi kekhasan Indonesia itu sendiri. Dengan lukisan ini, Sholeh ingin menyampaikan saran bahwa sudah semestinya budaya yang selama ini menjadi ciri khas Negara Indonesia ini tetaplah di jaga, dan dilestarikan.

Untuk hal-hal mengenai teknik dan pewarnaan pada lukisan diatas sudah sangat bagus. Apalagi dengan latar belakang Sholeh sendiri yang tidak mendapatkan pendidikan seni secara formal, dan beliau hanya berlatih dan berguru pada para seniman yang sudah senior. 

Kritik 1





Judul               : “Jika Tuhan Murka”
Media              : Oil on Canvas
Ukuran            : 200 cm X 300 cm
Seniman          : Basuki Abdullah

     A.    Deskripsi
Lukisan berjudul “Jika Tuhan Murka” , berukuran 200 x 300 cm. lukisan ini terbagi atas tiga latar yaitu, latar depan, tengah, dan belakang. Latar depan ditunjukkan oleh orang-orang yang terkapar dan terlihat berteriak, menangis, panik, kesakitan, dan juga meminta tolong. Latar tengah ditunjukkan oleh segerombolan orang-orang yang digambarkan sangat tersiksa diantara bebatuan dan tebing-tebing yang menyala merah api. Semua yang ada terlihat terbakar oleh kobaran api yang sangat besar. Kemudian latar belakang ditunjukkan oleh sosok seperti manusia namun terlihat lebih besar, dan mengalami siksaan yang lebih daripada segerombolan orang yang ada di tengah. Tempat dilukisan ini terlihat seperti dalam gua yang terlihat juga di latar belakang seperti ada cahaya sinar yang menyala, yang mungkin itu tanda jalan keluar. Lukisan ini didominasi warna-warna panas seperti, merah, oranye, kuning, namun ada sedikit warna biru di objek paling belakang. Bentuk-bentuk yang tampak antara lain, figure-figur manusia, tebing dan bebatuan, api, asap, serta sedikit bentuk awan cerah. 

     B.     Analisis Formal
Keberadaan warna-warna merah, kuning, dan oranye dalam lukisan ini berfungsi sebagai identitas bentuk mewakili kobaran dan bara api yang panas. Perspektif objek dalam lukisan ini terbentuk karena penempatan atau pengkomposisian objek yang tepat oleh seniman. Bentuk 3 dimensi terlihat karena pembuatan cahaya atau gelap terang terlihat sempurna.
Figur-figur manusia tidak sepenuhnya digambarkan secara detail, dikarenakan jumlahnya yang banyak, maka hanya dibuat kesan-kesan saja untuk mewakili banyak manusia. Garis-garis goresan dalam lukisan ini tidak tampak, karena pelukis membuat goresan yang halus sesuai dengan karakteristiknya.
Berdasarkan analisis formal diatas dapat disimpulkan bahwa dalam lukisan ini yang berkaitan dengan komposisi, keseimbangan, dan keserasian warna pengorganisasiannya sangat bagus dan sangat memiliki nilai estetis yang tinggi.
  
     C.     Interpretatif
Lukisan yang berjudul jika Tuhan murka ini, menggambarkan tentang kemurkaan, kemarahan, dan penghakiman atau penghukuman kepada para manusia yang berdosa dan banyak kesalahan. Objek sosok yang besar, dan tidak terlihat jelas bentuknya itu digambarkan sangat tersiksa sekali, mungkin itu dimaksudkan untuk mewakili kaum-kaum yang sangat berdosa. Kemudian objek manusia yang banyak itu juga digambarkan sangat amat menderita karena terpanggang oleh kobaran abi, dan juga panas bara api.
Dibalik kengerian itu, ada objek yang menggambarkan seperti sebuah jalan keluar yang berbentuk seperti celah goa. Itu menandakan bahwa jika manusia itu mau berubah maka dia akan diberikan jalan keluar.